Friday, January 3, 2014

#23 Resolusi Oh Resolusi 2014


Selamat Tahun Baru 2014!
 
Di hari ketiga di tahun 2014 ini, saya masih menikmati kebersamaan dengan keluarga dalam nuansa musim dingin yang penuh salju. Anak-anak masih menikmati winter break, suami sudah kembali bekerja sejak kemarin. Saya? Alhamdulillah, diberi kesempatan menengok balik waktu yang diberikan oleh sang Maha Pencipta.
 
Semalam, kami sekeluarga pergi ke bioskop dekat rumah dan menonton Frozen, film animasi anak-anak yang masuk kategori PG. Menonton film di bioskop bukan hal yang istimewa buat anak-anak, tapi buat saya, ternyata sudah lama sekali tak saya lakukan. Terakhir kali saya menonton bersama anak-anak ternyata sudah lewat lima tahun yang lalu.
 
Selama ini, saya selalu di rumah sendiri saat anak-anak dan suami menikmati 'movie time' mereka. Saat yang hanya 2-3 jam itu menjadi 'me time', saat-saat saya menikmati kesendirian dan kebanyakan saya gunakan untuk bebenah dan bebersih rumah yang selalu berantakan seperti kapal pecah!
 
Filmnya khas film Disney dengan cerita prince dan princessnya, ada pangeran tampan yang ternyata hatinya tak setampan rupanya, ada troll, ada kekuatan sihir, dan ada pria biasa yang menjadi penyelamat, serta happy ending yang menyentuh.
 
Tak terasa mata saya berembun saat kekuatan cinta mengalahkan kekuatan sihir. Betapa saya kehilangan kebersamaan dengan anak-anak selama ini!
 
Tanpa saya sadari, saya telah melabeli diri dengan Big Sign Board "GIVE ME TIME'! Meskipun saya bukan pecandu film di bioskop, ternyata saat duduk di samping anak-anak, saya jadi teringat kembali, "Oh, si kecil sangat menikmati film ini!" "Oh, si sulung yang selalu bersikap matang ternyata masih anak-anak."
 
Tahun 2013
 
Tahun 2013 adalah tahun penuh percobaan bagi kami. Banyak hal yang terjadi. Banyak hal-hal dilematik yang terjadi bersamaan yang membuat kami kehilangan kesempatan untuk dapat bersapa ria dengan tetangga, teman dan bahkan keluarga. Sampai-sampai dengan penuh rasa malu, saya tak dapat mengikuti Muktamar IMSA 2013 yang diselenggarakan di kota kami. Bukan itu saja, untuk bertemu dengan sesama teman dari Indonesiapun jadi sangat terbatas. Rencana berhalal bihalal sejak sebelum Ramadhan terus terundur sampai-sampai baru terrealisasi di akhir bulan Desember!
 
Anak kami yang sulung selama tahun 2013 mengalami komplikasi reaksi lambat dari terapi yang diterimanya selama bayi. Alhasil, saya dan suami kelabakan mengatur waktu yang sudah sangat terbatas. Setiap dua hari dalam seminggu, biasanya Senin-Kamis atau Selasa-Jumat, kami harus membawanya ke rumah sakit untuk periksa darah dan periksa dokter ke klinik khusus di rumah sakit. Jam 7 pagi kami sudah harus menanti di depan antrian registrasi dan bergegas membawanya pulang untuk mengantarkannya ke sekolah. Lalu jam setengah 3 sore sudah harus siap menjemputnya dari sekolah untuk membawanya ke rumah sakit.
 
Sebenarnya ini hal yang sangat biasa. Namun, kami masih punya satu anak lagi yang pagi-pagi masih harus dibantu untuk bangun dan bersiap pergi ke sekolah, dan sore harinya masih harus dijemput dari perhentian bis sekolah karena belum boleh turun dari bis sendiri sampai dia mencapai kelas 3. Jadwal suami dan sayapun sangat beragam setiap harinya. Kadang suami sudah harus ada di tempat kerjanya sebelum jam 7 pagi dan pulang setelah jam 6 sore, sehingga sayalah yang kebagian jatah antar jemput dan membawa si sulung ke rumah sakit, sekaligus dengan membawa si kecil juga.
 
"Begitu aja kok ribet sih?" eh, ada aja yang celetuk begitu!  Saya sudah tutup kuping kiri kanan sambil terus berdoa. Tahun 2013 adalah masa kritis kesehatan anak kami, juga masa kritis keseharian kami sekeluarga. Suami mengalami banyak hal dilematik dalam fase hidupnya. Selama ini beliau sangat antusias pada suatu hal. Rupanya, memasuki usia sekarang, ada hal lain yang menarik hatinya. Namun tak mudah menentukan pilihan.
 
Sementara saya sendiri dalam masa peralihan profesi. Setelah 11 tahun menjadi ibu rumah tangga 'saja', akhirnya mencoba memulai bekerja paruh waktu dan kembali ke bangku kuliah. Sistem kuliah yang saya ikuti ternyata sangat intensif dan kompetitif. Siapa sangka program yang saya ambil ternyata tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi dari program sarjana 4 tahun? Saya mengambil program diploma dua tahun untuk menjadi tenaga medis. Satu profesi yang memungkinkan buat saya bila menetap di kota kami sekarang. Tinggal di kota kecil membawa resiko lapangan pekerjaan juga tak sebanyak di kota besar. Faktor utama adalah keinginan saya untuk dapat bekerja dengan suami sekaligus dapat merawat anak kami dengan lebih baik.
 
Tapi dengan 24 jam sehari dan 7 hari dalam satu minggu, rasanya saya sangat minus waktu! Dua hari saya gunakan untuk klinikal di rumah sakit untuk shift 12 jam, dengan kelas yang full seharian, dan kerja paruh waktu 12 jam,  serta 2 hari untuk si sulung ke rumah sakit, sementara hari Minggu satu-satunya hari saya dapat membawa anak-anak ke klub Renang dan olahraga mereka. Saya sudah seperti setrikaan yang bolak-balik dari Down-town ke area rumah bisa bolak-bolak sampai 8 kali seharinya melalui tempat yang sama! Alhamdulillah, selama tahun 2013, saya tak menemui masalah di jalan.
 
Jangan tanya soal tidur! Satu-satunya waktu untuk belajar adalah saat semua sudah tidur :) Jadilah setiap hari saya tidur 3-4 jam saja, dengan tidur sekitar jam 2 pagi dan bangun setelah jam 5-6. Sangat tidak dianjurkan bagi siapapun! Setiap hari serasa zombie gentayangan. Rasa capek sudah terlewatkan berganti dengan rasa tegang, bagaimana bila tak dapat menghandle semuanya? Setiap pagi yang tadinya semua mendapatkan sarapan hangat kahirnya tergantikan dengan cereal dan oatmeal saja. Tadinya semua membawa bento untuk lunch, jadinya hanya membawa sandwich plus buah. Makan malampun yang masih selalu fresh from the pan, jadi berkurang variasinya.
 
Suami sampai geleng-geleng kepala. "Saya ndak nyangka program yang kau ambil sesulit ini, kalau saja saya tahu, lebih baik kau ambil program Master saja di jurusan lain, Psikologi atau Pendidikan," katanya sambil melihat buku ajar dan semua materi  online yang harus diselesaikan setiap harinya. Ternyata teman sekelas hampir semuanya menghadapi hal yang sama. Entah karena jaim atau karena tak mau orang lain tahu, banyak teman di kelas yang 'pura-pura' lulus ujian, sampai di akhir semester mereka buka kartu kalau selama ini tertinggal dan terpaksa harus tinggal kelas atau keluar dari program.
 
Tahun 2014
 
Alhamdulillah tahun 2013 sudah berlalu. Meskipun terasa sangat sulit, namun semua dilemma telah terlalui. Alhamdulillah, saya sudah masuk di semester terakhir. Suami masih mempunyai beberapa pilihan yang mau tak mau harus dipilihnya dalam beberapa bulan ke depan. Anak sulung kami harus mengulang terapi, namun Alhamdulillah, kondisinya jauh lebih baik dari tahun 2013. Si kecil menjadi jauh lebih termotivasi untuk belajar, setelah mendapat beberapa sertifikat Distinguished dari Kepala Sekolahnya :) Meskipun kami tak memasalahkan mereka jadi Honor Roll atau Student of the Month, tapi melihat wajah-wajah senang mereka saat memberikan sertifikat tersebut membuat kami sangat bersyukur, "Alhamdulillah, Kau berikan titipan anak-anak yang menyenangkan hati kami, membuat kami tersenyum dan memujiMu."
 
Resolusi?
 
Beberapa hari ini, saya membuka tulisan lama. Eh, lucu juga ya :) Ternyata saya 8 tahun yang lalu saya sangat produktif menulis. Tak semua tulisan saya publish di blog saya, yang saat itu ada di Multiply. Ada beberapa tulisan yang masih saya simpan di blog lain, namun entah kenapa, saya tak urus secara teratur.
 
Duh, malu deh rasanya. Dibanding saya delapan tahun lalu, ternyata saya sekarang sangat terbelakang. Delapan tahun yang lalu, saya sangat bersahaja, berapi-api, dan sangat rajin membaca!Delapan tahun yang lalu, saya bahkan sempat belajar berbagai macam hal, dari art-craft, sampai belajar mengaji. Saya juga ternyata sangat rajin bebersih, berbenah dan masih rajin olahraga.
 
Sekarang? Awww...perlu banyak perbaikan. Saya merasa diri lebih lamban dalam segala hal, lebih tak sensitif  dalam banyak hal, lebih 'ndablek' dalam memprioritaskan urusan pribadi dan keluarga daripada urusan ummah, dan lebih dekat dengan keluarga.
 
Delapan tahun yang lalu, saya sangat rajin menelaah berbagai buku dan teori, sekarang saya lebih mencoba mendengar suara badan dan suara hati.
 
Resolusi 2014? Lebih baik saya lakukan saja langsung apa yang saya bisa dan saya anggap bisa diteruskan dalam keseharian saya selanjutnya. Kita tak akan pernah tahu sampai kapan jatah umur kita di dunia ini. Selama masih ada nyawa di kandung badan, selama itu kita diberi kesempatan olehNya untuk bertaubat dan beramal yang baik. Insya Allah. Mengembalikan semuanya karena Allah, hanya untuk Allah dan hanya untuk mencapai keridlaanNya. Insya Allah. Mohon dimaafkan segala kesalahan saya dan keluarga selama ini.
 
Niat dari diri untuk hidup lebih baik dari kemarin. Lillahi ta'ala. "Never put up until tomorrow what you can do today!"
 
Hani
Louisville, 2014
 
 

2 comments:

  1. Semoga semua lancar, dan lulus dengan baik, Mbak Hani. ira

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin YRA...Terima kasih Mbak Ira untuk doanya :) Insya Allah diberikan yang terbaik dariNya..

      Delete