Thursday, October 28, 2010

#20 Berburu Nama Indah Dan Baik Untuk Anak Tercinta

Nama adalah doa dan harapan orang tua yang setulusnya bagi anak kecintaannya. Setidaknya begitulah definisi mengenai "nama" yang saya yakini dan saya ikuti pula. Maaf ya Pak Shakespeare, " Apalah arti sebuah nama" mu tidak saya ikuti.

Seringkali saya termangu-mangu bila mendengar nama seseorang begitu indahnya di telinga saya. Lebih takjub lagi bila mengetahui arti sebuah nama, dan Subhanallah.... artinyapun begitu indahnya. Bless You Lord... 
Kadang ada nama-nama yang membuat saya menyusutkan air mata, karena keindahannya, karena artinya yang bagus, karena kesejukan dan keteduhan di dalam namanya yang memuji kebesaran Ilahi, namun ada juga nama-nama yang membuat saya syahdu dan iba karena saya bingung dengan namanya....

Saya teringat teman saya SD Watjih, yang selalu jadi bulan-bulanan anak-anak karena namanya yang mirip bunyi bersin. Padahal di luar dari namanya, semua yang ada padanya normal-normal saja.

Serba salah memang menjadi orang tua di saat-saat hendak memberikan nama kepada anak-anak tercintanya. Selain ingin memberikan nama yang bagus, indah dan bermakna baik, juga tidak ingin nama anak menjadi bahan tertawaan orang-orang di sekitarnya.

Siapa salah bila tertawa saat guru memanggil nama anak yang diberi nama: Kursi Jati oleh orangtuanya? Atau, nama Merdekakan Irianjaya? Selama saya bersekolah, kebetulan banyak yang orang tuanya menjadi pegawai negeri atau militer, sehingga nama-nama teman pun banyak yang unik. Ada yang pakai embel-embel Pahlawan, Satria, Wira, hingga nama pasukan tempur, nama pesawat tempur, nama peperangan, hingga nama tempat sewaktu orang tua ditempatkan.

Begitu bersekolah dengan latar belakang orang tua murid yang relijius, nama-nama relijius bermunculan. Suatu waktu, saya ada di kelas dengan separo murid laki-laki berawalan nama Ahmad dan Muhammad. Sementara nama murid perempuannya banyak yang berawalan Siti dan berakhiran -ah, atau bernama dari bahasa Arab.

Sewaktu di LN, banyak teman Indonesia yang memberikan nama pertama berupa nama khas anak-anak yang berada di negara tersebut. Sehingga tak jarang, teman-teman sewaktu di Jepang memberi nama anak-anak mereka dengan nama Jepang, Ryu, Hikari, Tomoji, Eiko, Tomoko, Yuki, Yukiko, Eriko, Erika dan nama lain sebagai kenang-kenangan untuk anak yang lahir di sana.

Sementara selalu ada perubahan dan pergeseran antara satu angkatan dengan angkatan sebelum dan sesudahnya. Bila masa orang tua kita, nama-nama cenderung sederhana dan artinya mudah dimengerti pendengarnya. Sementara, nama-nama angkatan kita semakin 'njlimet' karena sering merupakan modifikasi dari beberapa nama yang dijadikan satu.

Jangan tanya bila nama anak merupakan hasil perpendekan kata, seperti nama anak seorang penyanyi rock Indonesia kawakan Aldino, yang merupakan kependekan dari alhamdulillah dia nongol. Atau nama teman saya Nacea yang lahir tepat saat diluncurkannya pesawat pertama ke bulan, yang merupakan kependekan dari nama Neil Amstrong, Collins, Edwin Aldrin.

Yang menarik, sewaktu saya perhatikan, nama-nama angkatan orang tua saya adalah dua atau tiga nama yang dijadikan satu dan nama terakhir biasanya adalah nama orang tua(nama ayah). Sementara banyak pula yang nama mereka yang asli adalah nama pertama sedangkan dua nama di belakang mereka adalah nama orang tua(nama ayah).

Sedangkan nama teman-teman angkatan saya biasanya dua atau tiga nama pula. Namun bedanya dua-tiga nama ini hampir kesemuanya adalah nama sendiri. Yang membawa nama orang tua hanya mereka yang memakai marga misalnya Binsar Silalahi. Sebegitupun, ada beberapa nama teman yang tidak tanggung-tanggung sampai empat atau lima nama dijejer sekaligus. Siapa sangka KRSW Aji adalah kependekan dari Kelana Rahayu Segara Wastuning Aji. Nama laki-laki atau nama perempuan?

Seringkali saya berfikir, bagaimana sebenarnya para orang tua menentukan nama-nama tertentu kepada anak-anak mereka. Kadang banyak yang dapat memberikan nama-nama eksotis dan indah, sehingga belum ketemu orangnya saja sudah'kesengsem' dan jatuh cinta kepada namanya
.
Bicara soal nama eksotis, Dulu saya sering membayangkan memberi nama anak nama Latin,atau nama Sanskrit. Eh, sesudah siap dengan berbagai kemungkinan nama indah menurut versi sendiri....apa yang terjadi?

Punya suami dan keluarga mertua yang kukuh dengan tradisi pemberian nama yang berbau nama Arab, ternyata membuat semua usulan nama apapun sia-sia tidak terpakai.

Selama masa kehamilan dan pencarian nama, segala nama bayi dari ensiklopedia nama hingga semua web-site nama ditelusuri. Setiap hari, sepulang kerja biasanya suami saya hanya bertanya, bagaimana perkembangan pencarian namanya? Ada nama baru yang diperoleh? Herannya, saya dengan penuh semangat, seperti melapor kepada si Boss, setiap hari selalu punya usulan nama baru untuk si kecil yang masih di dalam perut. Ah, siapa tahu suami tercinta menjadi pionir dalam keluarganya memberi nama yang tidak 100% dari bahasa Arab?

Tidak berhenti hanya di situ, setiap ke toko buku yang dilirik buku nama anak, hingga ketemu dengan grup ibu-ibu yang ada di sekitar rumah, yang sama-sama hamil dan menantikan kelahiran bayi, atau sama-sama bertemu di lokal Library, yang dibicarakan bersama kalau tidak sharing keluhan selama kehamilan, persiapan melahirkan, kelengkapan bayi, hingga segala pernik-pernik seputar bayi hingga nama bayi yang akan lahir.

Suamipun hanya menganguk-angguk. Tulis saja di buku, katanya. Hingga saat menjelang kelahiran bayi, saya sudah mempunyai 3 notesbook 150 halaman yang penuh dengan nama usulan bayi beserta arti dan perpaduan namanya.

Sampai saat melahirkan, tidak ada satu usulan namapun yang saya ajukan yang disetujui suami dan tidak ada satu namapun yang diajukan suami yang saya setujui. Nah lho.

Semua usulan nama suami di telinga saya kedengaran begitu "old-fashion" dan kaku. Bagi saya sederhana saja, semua nama yang diajukannya adalah nama teman-teman ayah saya. Lha....masak saya mau ngasih nama anak saya dengan ingatan saya akan Oom A atau Oom B yang nama-namanya "abadi sepanjang masa" karena setiap saat, setiap periode muncul namanya. Sepanjang bukan nama Nabi/Rasul, bagi saya nama-nama yang terlalu "old-fashion" bisa membuat anak ditertawakan teman-temannya.

Saya ingat sewaktu SMA, ada teman yang sampai kita lupa nama aslinya, karena kita panggil Pak De. Gara-gara namanya yang sama seperti nama tokoh sejarah jaman Majapahit, hingga celetukan seorang anak melekat terus kepadanya.

Punya nama sangat relijius pun serba salah bila anak yang bersangkutan bermasalah. Ada teman yang namanya'beriman' sekali ternyata alkoholik dan pecandu obat. Belum lagi nama yang terlalu berbeda dengan sekitar juga sering menjadi perhatian. Ada orang tua yang pernah ditempatkan di LN, dan memberikan nama anaknya Wihelmina Juliana Theodora. Ternyata setelah muncul orangnya sangat Melayu dan rendah hati, berbeda dengan namanya yang memberikan kesan megah meriah dan gegap gempita.

Sementara nama-nama usulan saya di telinga suami terlalu 'Sanskrit', 'Barat' atau bukan nama muslim dari bahasa Arab katanya. Waduh...lha padahal kita berdua pasif bahasa Arabnya dan nama masing-masing merupakan nama perpaduan hasil utak-atik orang tua masing-masing pula.

Jadilah begitu lahir, bayi kami belum juga bernama. Pegawai Akta Lahir dari City Hall tempat kami tinggal sudah memberikan formulir Akta Lahir begitu saya masuk ke kamar bersalin. Beberapa kali menelpon dan datang, belum juga kami isi form namanya. Hingga akhirnya di hari ke dua setelah melahirkan (berhubung saya melahirkan normal, di sini hanya dua hari di RS setelah melahirkan) petugasnya datang dan menunggu di depan kami yang masih asyik beradu pendapat nama mana yang hendak diberikan kepada anak kami. Akhirnya di detik-detik terakhir, keluar nama anak kami sekarang. Tiga suku kata, first name, middle name, last name. Tidak seindah dan seeksotis nama yang selalu saya inginkan, tidak segagah dan sebagus nama trendy sekarang. Yang terpenting nama ini adalah nama persetujuan bersama yang disetujui saya dan suami sebagai nama yang bagus, baik dan indah bagi anak kami berdua. Tidak ada satu kata dan suku kata yang berbau Sanskrit atau Barat, kemenangan untuk suami saya, namun namanya mengharapkan yang terbaik dari dirinya dan bukan nama usulan dari suami saya adalah kemenangan saya. Fifty-Fifty, seri, kemenangan bersama. Jadinya orang tua saya dan keluarga suami saya yang melongo, karena nama ini 'tidak biasa' ada di kamus perbendaharaan masing-masing keluarga.

Kemana 3 buku notes usulan nama saya dulu? Wallahu alam....sekarang. Buku itu menghilang bersama sekardus besar buku-buku suami yang lenyap sewaktu kami pindah ke tempat lain.

Tips untuk orang tua yang sedang mencari nama untuk anak:
1. Setujui bersama dulu nama dan maknanya yang hendak dicari dari latar belakang bahasa atau budaya mana.
2. Pilih nama berdasarkan kriteria yang telah disetujui bersama. Jangan seperti saya dan suami yang memilih nama dulu baru di adu di arena. Kecuali kalau memang menikmati saat-saat adu argumen soal nama ini.
3. Untuk yang menyukai nama-nama relijius, bisa dipilih dari nama-nama Nabi/Rasul atau keluarganya, juga nama Sahabat, hingga orang suci dan nama-nama di dalam Kitab Suci menurut reliji masing-masing. Cek pula sejarah dari nama-nama yang bersangkutan, dan ikuti tata cara penamaan anak menurut reliji masing-masing.
4.Saat ini banyak tersedia buku-buku nama bayi di berbagai toko buku. Dari nama relijius, nama Indonesia, Barat, Jawa hingga Ensiklopedia Nama Anak.
5. Tersedia pula banyak web-site yang menyediakan web-site nama anak dari yang gratis hingga yang membayar.
6. Ada satu acara dari keluarga Banjar (mungkin banyak yang masih melaksanakan), di mana dipanggil dan diundang seluruh keluarga, saudara dan tetangga untuk syukuran kelahiran bayi, sekaligus memanggil tetua/pemuka agama dan adat yang disegani. Semua yang hadir berhak mengajukan sebuah nama, lalu dituliskan di selembar kertas dan digulung. Pemuka agama dan adat ini(atau orang yang dituakan di sini) yang mengambil gulungan-gulungan nama tersebut dan bila paduan nama yang diambil disetujui baik oleh oarang tua, pemuka adat dan kakek-nenek serta seluruh yang hadir, jadilah nama anak tersebut nama gotong royong. Ini juga salah satu cara menentukan nama anak.
7. Orang tua bisa mencari ilham/ide dengan cara meditasi dan tirakat, bila muslim bisa melalui shalat hajat, shalat istikharah, shalat tahajjud dan puasa sunnah. Pencarian ilham/ide/nama anak selain secara fisik juga perlu penenangan diri secara mental dan spiritual. Kadang dengan musik, lagu atau membaca kitab suci dapat memberikan inspirasi dan ilham.
8. Last but not least, cek pula bunyi nama yang telah dipilih di dalam bahasa lain, agar jangan menjadikan anak kita nanti bahan tertawaan di tempat lain. Siapa menyangka orang Jepang Susumu Takada ditempatkan bekerja di Jakarta. Orang tuanya apa pernah berfikir bahwa nama tersebut membuat orang Jakarta geli-geli sendiri? Seperti nama Sri, dalam bahasa Jepang dibahasakan SURI dan dalam bahasa mereka berarti 2: mencuri dan atau pencuri. Ini kan serba salah.
9. Selain indah bunyi dan bagus arti, hendaknya nama anak mudah dibunyikan dan kependekan namanya pun tidak menjadi bahan tertawaan. Ada banyak sekolah dan perusahaan yang membuat klasifikasi nama menurut kependekan nama. kadang ada kependekan nama yang membuat serba salah yang membaca karena menjadi nama yang seronok, misalnya MAD (Muhammad Akbar Dirgantara) FAT (Fatimah Aisha Tanjung).
10. Pikirkanlah pula nama panggilan untuk si kecil yang 'applicable' sampai kapanpun. Jangan memberikan celah kepada orang lain untuk memberikan nama panggilan yang tidak disukai anak.

Website nama Anak:
Catatan : Sebagian web-site tersebut adalah web-site yang menjual produk bayi dengan berbagai bentuk, sebagian benar-benar free , sebagian yang lain mengenakan fee untuk service pencarian nama anak.

No comments:

Post a Comment