Thursday, October 28, 2010

#19 Apakah Kita Terlalu Cinta Anak?


 

Saya tak pernah terfikir bahwa orang tua bisa terlalu mencintai anaknya, hingga satu waktu ibu saya bercerita bahwa seseorang kenalannya sampai bercerai gara-gara hal itu. Bukan karena perselingkuhan, bukan karena kekurangan di pihak suami atau istri, namun karena Ibu mertua yang berlebihan dalam mencintai anak semata wayangnya.
 
Bisakah kita membayangkan bahwa kita mempunyai suami yang ideal, hanya saja sang Ibu setiap berkunjung ke rumah kita (yang tentu saja rutin), memaksa tidur diantara kita dan suami tercinta!Belakangan malah sang Ibu mertua memilih tinggal bersama anak semata wayangnya dan tidurpun bertiga, anak, menantu dan dirinya. Mana tahanlah ya.....

Sampai satu waktu mata saya tertambat membaca sebuah judul buku," Parents Who Love Too Much", tulisan dari Jane Nelsen dan Cheryl Erwin. Jane yang beranak tujuh dan bercucu delapan belas, serta Cheryl yang merupakan therapis untuk perkawinan dan keluarga ini memaparkan mengenai hal ini, bahaya serta kiat-kiat untuk mencegah dan menyembuhkannya.
 
Menurut mereka, perasaan cinta yang dalam terhadap anak, merupakan suatu hal yang normal dan wajar. Apalagi kita terlahir sebagai manusia yang mempunyai perasaan cinta dan kasih sayang. Hanya saja dalam mengekspresikan cinta dan rasa sayang kita kepada anak ada beberapa manifestasi yang dilakukan oleh orang tua. Tindakan-tindakan yang dianggap bersumber dari rasa cinta dan kasih sayang kepada anak inilah yang dapat mudah tergelincir sehingga menimbulkan masalah di dalam membesarkan dan membentuk kepribadian anak kita.
 
1.Over-protektif: Orang tua yang OP ini gagal melihat kemampuan dan kompetensi anak. Mereka sering melarang anak melakukan hal-hal yang dianggap membahyakan anak,meskipun sebenarnya tidak perlu dilakukan karena anak sudah dapat melakukan hal itu secara aman. Akibatnya anak bisa merasa nervous dan kehilangan percaya diri. Bila anak mulai menunjukkan penentangan dan kenakalan, cobalah kita tinjau lagi apakah karena terlalu banyaknya larangan yang kita berikan kepada mereka?
 
2. Penyelamat: Orang tua cenderung selalu mengambil alih tugas dan tanggung jawab di saat-saat terakhir. Anak hampir terlambat, orang tua yang tergopoh-gopoh. Anak lupa PR, orang tua sampai mengerjakan. Bila selalu campur tangan untukmenyelesaikan hal-hal yang mudah sekalipun, anak akan kehilangan rasa tanggung jawabnya dalam menyelesaikan suatu hal. Biarkan anak untuk belajar dari kesalahan dan kegagalan selama itu memang dalam batas kewajaran.
 
3.Membiarkan: banyak orang tua sekarang yang takut dikatakan kolot dan kaku, sehingga tak ingin mengekang kebebasan anak bahkan cenderung membiarkan anak berbuat sesuka hatinya. Ini akan dapat menimbulkan masalah kedisiplinan pada anak, dan membuat anak semau gue. Ingatlah, bahwa banyak orang yang tidak suka bergaul dengan anak manja.
 
4.Terlalu Menguasai: Ini kebalikan dari nomor 3. Orang tua yang terlalu banyak aturan dan larangan, akan menimbulkan perasaan pada si anak bahwa orang tua tidak mencintai dan menyayangi anak.
 
5.Mengalah. Orang tua yang mengalah pada anak ketika anak ngambek hanya akan kehilangan pamor sebagai orang tua. Anak akan semakin sulit diatur dan menganggap remeh orang tua.
 
6. Membuat terlalu banyak keputusan bagi anak: Orang tua yang seperti ini akan menghambat ruang gerak anak dan membuat mereka seperti boneka mainan orang tua yang harus mengikuti semua kemauan orang tua dan tidak akan berkembang kemampuannya untuk hidup mandiri.
 
7. Sok Memanjakan: Orang tua seperti ini akan selalu memanjakan anak-anaknya dengan segala kemewahan dan barang-barang yang sebenarnya tidak perlu. Menunjukkan kecintaan dengan barang akan membuat anak jadi menilai apa-apa dengan benda material.
 
8. Keinginan yang tak realistis: Orang tua seperti ini memberikan beban yang berat kepada anak. Mereka ingin anak mereka masuk sekolah favorit, ingin anak mereka jadi top ranking, jadi anak populer, jadi anak yang serba wah, kadangkala untuk mencapai impian orang tua yang tak terwujud di masa muda mereka. Kadang kala motivasi dari orang tua dapat benar-benar membuat anak berusaha untuk menjadi seperti yang diinginkan orang tua, namun kadang banyak juga yang malah menjadi nakal dan berhenti sekolah sebagai pembangkangan atas pressure dari orang tua.
 
9. Sibuk sendiri: Orang tua seperti ini tak pernah melibatkan anak di dalam kehidupan sehari-hari. Anak tak punya tanggung jawab di dalam rumah, tak pernah tahu kesulitan orang tua, bahkan sampai hal-hal terkecil, yang penting belajar. Anak akhirnya tidak merasa sebagai bagian dari keluarga.
 
10. Terlalu banyak Memuji: Semua tindakan anak diberikan pujian, sehingga anak tidak bisa membedakan yang mana sebenarnya achievement yang telah dilakukan, yang mana merupakan hal yang tidak layak untuk dilakukan.
 
11. Berkelahi untuk Anak: Orang tua seperti ini membuat anak tidak berani menghadapi sendiri masalahnya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
 
12. Menjadikan anak sebagai Raja di rumah: Orang tua seperti ini kehilangan kekuasaan dan kontrol atas anak. Semua permintaan anak 'terpaksa' dituruti, membuat anak mudah mengambek dan cengeng, atau menjadi pemarah.
 
13. Bekerja Lembur untuk uang: Orang tua yang menunjukkan cinta dengan kebendaan, memilih untuk bekerja lebih lama daripada menggunakan waktunya bersama keluarga.
 
14. Serba Tahu Masa Depan Anak: Orang tua banyak yang kurang berkomunikasi dengan anak mereka, karena mereka pikir mereka tahu akan jadi apa dan bagaimana anak-anak mereka kelak di kemudian hari.
 
15. Berkelahi Berebutan Anak: Bagi pasangan yang berpisah atau bercerai kadang mereka ingin menghilangkan sama sekali hak salah satu orang tua yang lain dalam mengasuh anak.
 
16. Memberi Shelter bagi anak Dewasa: Orang tua seperti ini membiarkan anak yang sudah dewasa, tak bekerja dan hidup dari orang tua.
 
Menurut Jane dan Sheryll, bila ada salah satu di antara ciri-ciri di atas kita lakukan dalam mendidik dan membesarkan anak-anak kita, berarti kita termasuk orang tua yang Terlalu Mencintai Anak (TMA), dan hal tersebut sama sekali tidak berguna bagi anak-anak kita di masa depan.
 
Mengapa demikian? Karena perasaan terlalu cinta ini bisa mengubah pikiran normal anak terhadap pengertian mengenai common-sense, menciptakan anak yang penuh kelemahan dan kekurangan, anak yang kurang menyadari kemampuan dirinya, atau anak yang berfikiran terlalu ekstrim.
 
Hal-hal lain yang berbahaya dari manifestasi terlalu mencintai anak adalah, orang tua dapat tergelincir dalam mengagungkan benda/ materialisme, menjadikan anak sebagai milik pribadi, dan lupa bahwa mengikutsertakan anak di dalam kehidupan orang tua jauh lebih baik daripada membatasi kehidupan anak sesuai keinginan orang tua.
 
Tentu saja kita bisa mencegah agar tidak menjadi orang tua yang terlalu mencintai dalam konotasi negatif, dengan selalu mencari keseimbangan dan kewajaran dalam bertindak.
 
Saya sendiri banyak melihat bahwa orang tua kadang 'terlupa' atau tak sampai terfikirkan bahwa tindakan mereka sudah berlebihan. Seperti saat saya melihat banyak ibu-ibu yang sampai ikut tegang menunggu anak mereka ujian UMPTN di luar ruangan. Aduh...lha kan mereka bakal jadi mahasiswa....bukan masuk TK lho Bu......Tapi sungguh, saya yang seharusnya terharu sampai bingung...kok ada yang Ibunya nunggu di luar waktu anaknya Ujian Sarjana? Apa ini trend baru ya?
Membaca point-point Jane dan Cheryl, mau tak mau muncul personal-personal yang saya kenal dalam keseharian saya. Entah tetangga saya, teman saya, oom-tante saya, hingga orang-orang yang tidak saya kenal. Hingga sayapun ikut berkaca diri.
 
Giliran kini saya yang menjadi orang tua....hmmmm.... ternyata pesan-pesan orang tua dulu ala Timur tidak berbeda jauh dengan parenting ala Barat. Hanya saja selain kesemua itu, petuah orang tua ala Timur juga sarat dengan simbol dan penekanan kepada hormat pada orang tua, ketaatan, sopan-santun, budi pekerti, dan tak lupa penerapan budaya malu. Sayang bila kita kehilangan banyak sisi Ketimuran kita yang sebenarnya penuh pendidikan manusiawi untuk pembekalan anak menuju kedewasaan.
 
Mudah-mudahan mengingatkan kita semua, agar dapat terhindar dari eksploitasi perasaan cinta pada anak. Semoga.
 
Louisville, 2005
Hani Iskadarwati
 
Jane Nelsen & Cheryl Erwin, "Parents WhoLove Too Much: How Good Parents Can Learn to love more wisely and develop children of character ", Prima Publishing, California, 2000

No comments:

Post a Comment