Thursday, October 28, 2010

#15 HAPPY CLUB for Mommies


 
Apakah Anda berbahagia saat ini? Pertanyaan seperti ini paling malas kita jawab, bila kita sedang suntuk, kurang sehat atau sedang konsentrasi dengan kesibukan kita sehari-hari. Tentunya berbeda dengan jawaban mereka yang sedang benar-benar ‘happy’, tanpa stress dan rileks menikmati keseharian sebagai ibu, istri, anak dan seorang perempuan. Bisakah kita ‘happy’ dengan berbagai multi fungsi kepentingan yang semakin bertumpuk dan kompleks ini ?
Dalam percakapan sehari-hari, sering saya dengar ada yang berkomentar seperti percakapan sbb. : “Aduh seneng deh ngelihat Ibu A. Kayaknya semuanya berjalan lancar. Anak-anaknya pada jadi orang, suami sukses dan setia, rumah tangga adem ayem, rezekinya juga lancar dan banyak temen serta saudara. Apa ya rahasianya?” Kebanyakan jawaban yang akan kita dengar cenderung ke arah negative daripada positifnya. Seperti,” Ya, kan dia udah anak orang kaya dari dulunya, jadi nggak pernah susah hidupnya.” Atau,” gimana nggak enak idupnya, kan suaminya sukses, kalau suami sukses pasti istrinya kan ikut terkatrol jadi hidup enak. Makanya kalau cari suami jangan cari yang madesu (masa depan suram) deh.” Ada-ada saja …Berbagai kilah dan alah akan dapat kita dengar. Namun bila kita berkaca dari kebahagiaan orang lain, apakah yang dapat kita pelajari?
Memasuki saat-saat penghujung di akhir tahun, biasanya otomatis membuat saya melihat kilas balik kehidupan sejak awal tahun, dan membandingkannya dengan harapan dan impian saat itu dengan realita yang ada. Seringkali saya bertanya-tanya, apakah setiap orang merasa bahagia dengan apapun yang mereka miliki? Mungkin ya mungkin tidak. Saya mempunyai seorang teman yang begitu santun dan baiknya hingga kebahagiaan orang lain sekalipun dapat membuatnya bahagia, dan kesedihan orang lain mampu membuatnya berduka. Namun jarang yang bisa seperti teman saya itu. Paling banyak yang saya temui, dan termasuk saya juga, adalah mereka yang sangat berduka saat diri mereka menemui kesedihan dan kekecewaan, dan sangat berbahagia saat impian dan harapan diri menjadi kenyataan. Kadangkala perasaan seperti ini menggelitik perasaan saya dan mudah menggoda diri untuk cepat merasa kecewa di saat realita yang kita hadapi tidak sesuai dengan impian dan harapan serta keinginan kita. Juga seringkali menyentil-nyentil hati, membangkitkan rasa iri dan cemburu atas kebahagian dan keberhasilan orang lain.
Contohnya simple saja. Bila kita bertemu dengan ibu-ibu lain saat arisan atau kopdar dengan teman, dengan berbagai hidangan kreasi ibu-ibu, dan ternyata pujian akan enaknya suatu masakan lebih banyak tertuju kepada masakan ibu lain, mau tidak mau godaan timbul di dalam hati perasaan teriris. “Aduh, masakan saya nggak dipuji sebanyak pujian masakan Ibu B.” Atau saat pertemuan, ternyata yang paling banyak disapa adalah Ibu C, pelan merambat di dalam hati,”Yah, saya kan tidak sepopuler Ibu C yang periang, dan supel bergaul”.
Tanpa sadar kita mendeposito perasaan-perasaan negatif, yang perlahan namun pasti akan berubah menjadi KANKER PERASAAN. Aduh, jangan sampai ya Moms. Nau’dzubillah min dzalik. Amit-amit deh.
Sebegitunya, kadang sangat sulit bagi saya untuk menjaga hati dan perasaan ini dari terror rasa iri dan cemburu dan mudah sakit hati. Suatu waktu, kami sekeluarga berteman akrab dengan sebuah keluarga yang mempunyai tiga jagoan cilik. Teman kami ini termasuk orang tua yang berhasil, dari keluarga yang mapan dan berhasil baik di dalam kehidupan, pendidikan, karier maupun pergaulan sosial. Meskipun demikian, keberhasilan karir dan pendidikan yang mereka raih tidak membuat kehidupan mereka menjadi super sibuk dan penuh stress. Mereka mengutamakan anak-anak dan keluarga dan membebaskan anak-anak mereka dalam banyak hal. Anak-anak mereka sangat sehat dan ceria. Kebetulan kami juga bukan termasuk orang tua yang terlalu strict pada anak. Sehingga pertemanan kami berjalan lancar.
Namun suatu hari, racun rasa iri, cemburu dan mudah sakit hati menggoda saya. Hanya satu kalimat yang diucapkan suami saya pada saya, ‘ Kenapa mama nggak belajar aja cara mengatur rumah tangga ke Ibu D, kan beliau sudah pengalaman. ‘ Wow, serasa harga diri terinjak-injak deh saat itu. Sewot sekali, kok suami malah muji-muji istri orang lain sih bukannya istri sendiri, akhirnya saran suami langsung saya tolak mentah-mentah. Jadinya dari ajakan massage payudara saat hamil, hingga cara mempersiapkan persalinan, cara mengatur pembukuan RT, cara memasak berbagai makanan, cara bergaul dengan orang dari berbagai bangsa, cara berkomunikasi dengan orang berbagai umur dan latar belakang pendidikan , ras, agama dan budaya, cara mengirit pengeluaran RT dan cara belanja RT yang praktis dan hemat serta efisien saya lewatkan. Mereka kini sudah kembali ke Negara asal mereka, entah kapan bisa bertemu kembali.
Padahal kalau dipikir-pikir sekarang secara lebih rasional, saya telah melewatkan kesempatan berharga untuk belajar langsung, gratis dari seorang pakar yang berpengalaman mengenai tatacara banyak hal di dalam mengelola urusan rumah tangga, yang tidak akan mudah saya dapatkan dari siapapun. Gara-gara racun perasaan mudah tersinggung dan harga diri yang tinggi.
Berbicara dari hati ke hati dengan Ibunda, beliau bercerita tentang persahabatan Ibu dengan beberapa teman Ibu yang sudah berjalan hampir 4 windu, semenjak pernikahan Ibu. Alhamdulillah, di dalam grup sahabat Ibu tidak pernah terjadi perseteruan. Mendengar cerita Ibunda membuat saya teringat memori dengan tante-tante sahabat Ibu yang mempunyai anak seumuran saya. Persahabatan Ibunda begitu akrabnya, hingga membuat saya tersenyum saat membaca novel Amy Tan, The Joyluck Club, yang bercerita mengenai persahabatan Ibu-Ibu yang migran dari daratan China ke benua Amerika. Meskipun tanpa intrik dan rahasia seperti di dalam novel The Joyluck Club, tante-tante sahabat Ibu sudah seperti Ibunda-Ibunda lain di dalam kehidupan saya. Di saat memasuki hari tua, ternyata dengan adanya persahabatan yang sudah berjalan sangat panjang, Ibu saya mempunyai banyak support dari sahabat Ibu yang dapat beliau percayai dan hormati, saling membantu, saling mensupport dalam banyak hal dan saling membagi kebahagiaan dan kesusahan. Di saat-saat yang penting, karena saudara Ibu dan Bapak yang tinggal sangat berjauhan, akhirnya keberadaan keluarga sahabat-sahabat Ibu dan Bapaklah yang lebih sering menyertai kehidupan kami. Sebuah pelajaran yang berharga bagi saya pribadi.
Siapa yang tidak ingin hidup berbahagia? Sayapun termasuk yang menginginkan untuk dapat hidup selalu berbahagia dengan keluarga dunia akhirat. Bila saya melihat perempuan-perempuan yang semakin berumur terlihat semakin bersinar dan bercahaya dan semakin terpancar kebahagiaan yang tulus dari segenap jiwa raganya, biasanya membuat saya tertarik untuk mengetahui lebih jauh apa sih rahasianya? Siapa yang tidak ingin semakin berumur menjadi semakin cantik, menarik dan berbahagia sekaligus membahagiakan orang lain?
Dari banyak Nenek, Oma, Grandma dan perempuan-perempuan yang berhasil di dalam menikmati kehidupan dan mengisi kehidupan mereka, sehingga membuat mereka berbahagia secara tulus, saya mencoba mengambil sari dari berbagai pegangan yang mereka miliki. Tips ini bukan berasal dari mana-mana, melainkan dari keseharian banyak para perempuan yang telah membesarkan anak-anak mereka dengan setulus hati. Yang mana yang akan suitable dan sesuai dengan prinsip kehidupan Mommies, silakan memilih sendiri.
1. Be Yourself
Setiap individu adalah unik, spesial dan berbeda satu sama lain. Janganlah takut akan perbedaan keinginan, perbedaan kesenangan, selera, maupun perbedaan di dalam memandang hidup. Sepanjang masih di dalam takaran norma hukum, sosial, agama dan norma budaya kehidupan yang berlaku di tempat domisili, berusahalah untuk menjadi diri Anda sendiri.
2. Be Kind, Compassionate, and Sincere
Ini yang mudah diucapkan, susah-susah gampang untuk dilaksanakan. Meskipun secara nature setiap manusia dibekali Allah SWT dengan perasaan yang halus penuh welas asih dan penuh kebaikan serta ketulusan, hati kita sering kali tergoda untuk dilintasi berbagai pemikiran dan perasaan yang menutupi ketulusan dan kebaikan hati kita meskipun hanya sesaat. Berusaha membersihkan hati dan pemikiran dari segala syak wasangka dan selalu mencoba berfikiran positif membutuhkan latihan terus menerus.
3. Be Generous
Kadang kita berkilah, bahwa kita masih harus berbelit dengan urusan keuangan, sehingga mana mungkin kita bisa berfikir untuk memberi sesuatu kepada orang lain. Memberi tidaklah harus berbentuk materi atau barang. Kita dapat memberikan support kepada yang membutuhkan baik berupa tenaga, bantuan informasi, memberikan waktu, menjadi pendengar, memberikan support mental, memberikan kepercayaan dan memberikan ilmu, pujian, saran dan juga doa.
4. Be Trusted, Liable
Kepercayaan, susah untuk diperoleh dan sangat mudah untuk hilang dari diri siapapun. Sekali saja kepercayaan ini terlanggar, sangat memerlukan usaha, waktu dan kegigihan untuk mendapatkannya kembali. Bila kita dipercaya oleh orang lain, akan sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan keberanian kita dalam menempuh kehidupan sehari-hari.
5. Be Patient
Kesabaran di sini mungkin relatif untuk bermacam orang. Namun kesabaran di sini tidak sekedar pasif menunggu datangnya perubahan. Kesabaran disertai doa dan usaha, dan perjuangan yang tak henti di dalam menghadapi berbagai godaan, peristiwa dan realita sehari-hari. Sejak menjadi seorang ibu, rasanya urat sabar saya semakin bertambah pendek. Suatu tantangan yang amat sangat challenging buat saya. Salut sekali untuk Mommies yang sampai mempunyai anak lebih dari 1, apalagi seperti sepupu saya yang menantikan kelahiran bayi ke-10nya. Salut, bukan main sabarnya sepupu saya.
6. Be Loyal
Kesetiaan di dalam kebaikan, adalah permata yang sangat berharga. Setia dalam pertemanan, dalam pergaulan kerja, maupun di dalam pergaulan suami-istri adalah suatu hal yang sangat penting untuk dijaga untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat.
Berikut ini adalah kelanjutan dari tips-tips tersebut yang akan semakin panjang listnya tergantung dari prinsip hidup yang Mommies miliki. Memasuki hari-hari akhir tahun ini, silakan Mommies menyediakan waktu untuk meninjau kembali kehidupan selama tahun ini, seberapa banyak keinginan, harapan dan impian yang telah dikabulkan Allah SWT, juga persiapan untuk memasuki tahun mendatang dengan impian, harapan dan kenginan yang masih ada ditambah dengan yang baru.
Silakan menambah dan mengubah prioritas dari tips-tips ini.
7. Be Supportive
8. Be Focus
9. Be Spiritual, and Religious
10. Be Humorous
11. Be Discipline
12. Be Strong Will
13. Be Prompt in time
14. Be Lovable
15. Be Communicative
16. Be Eager to self-improvement
17. Be Modest, down-earth, low-profile
18. Be The raw model for children
19. Be Independent Woman
20. Be The Master and the Butler of your own
21. Having fun
22. Forgivable
23. Be The Light
24. Having Best Friends
25. Cautious in Spending and Talking
26. Love yourself
etc
Bagi yang belum memiliki sahabat-sahabat setia, selama umur masih dikandung badan, silakan membuka diri untuk menerima kehadiran sahabat-sahabat diri, sahabat-sahabat suami, sahabat-sahabat anak dan sahabat-sahabat keluarga. Investasi yang akan berlangsung seumur hidup dan mudah-mudahan berkelanjutan turun temurun adalah investasi support yang tak ternilai harganya dan tak dapat kita beli dengan materi dan uang.
Salam Persahabatan dan Cinta di penghujung tahun.
Louisville, akhir November 2005
Hani Iskadarwati

No comments:

Post a Comment